Pasar Popok Sekali Pakai di Indonesia: Peluang Besar dalam Konsumsi yang Semakin Cerdas

Indonesia saat ini memiliki lebih dari 10 juta anak usia di bawah dua tahun (baduta). Jumlah ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar potensial terbesar di Asia Tenggara untuk produk perawatan bayi. Salah satu produk yang paling esensial dan memiliki penggunaan harian adalah popok sekali pakai (diaper). Tidak hanya karena aspek kebersihan, tapi juga karena kenyamanan yang ditawarkan kepada bayi dan kemudahan bagi orang tua.

Riset terbaru dari Sigma Research Indonesia melalui Moms & Babies Survey menunjukkan bahwa 98% ibu baduta memilih menggunakan popok sekali pakai untuk anak mereka. Ini menandakan bahwa hampir semua ibu modern mengandalkan produk ini sebagai kebutuhan utama dalam merawat bayinya. Konsumsi dimulai sejak dini—mayoritas ibu mulai memakai diaper sejak bayi berusia kurang dari 3 bulan, dengan rata-rata pemakaian 3 diaper per hari. Data ini menggambarkan permintaan yang tinggi dan teratur, menciptakan pasar yang berkelanjutan dan stabil bagi para produsen maupun retailer.

Keamanan Produk Jadi Prioritas Utama

Saat memilih merek diaper, 95% ibu menempatkan faktor keamanan sebagai pertimbangan utama. Artinya, kualitas bahan, tingkat iritasi, serta kepercayaan terhadap merek memainkan peran krusial dalam keputusan pembelian. Ini juga menjadi salah satu pembeda utama di tengah semakin banyaknya merek yang bermunculan di pasar.

Dalam hal pengenalan merek (brand awareness), riset menemukan bahwa MamyPoko menempati posisi teratas dengan tingkat pengenalan sebesar 96%, disusul oleh Sweety di angka 86%. Ini membuktikan pentingnya kekuatan merek dan komunikasi pemasaran yang konsisten dalam membangun posisi di benak konsumen.

Yang menarik, tingkat loyalitas merek juga sangat tinggi. Sebanyak 99% ibu menyatakan akan tetap menggunakan merek yang sama untuk anak mereka ke depannya. Loyalitas ini mencerminkan bahwa begitu konsumen merasa cocok dan percaya pada sebuah merek, mereka cenderung tidak berganti.

Konsumen Digital-First dan Perubahan Kanal Distribusi

Tren perilaku belanja konsumen juga mengalami perubahan. Ibu-ibu muda saat ini termasuk dalam kategori digital-first moms—aktif mencari ulasan produk, membandingkan harga, dan membeli melalui berbagai platform online. Marketplace, media sosial, dan website parenting menjadi sumber referensi utama. Di sisi lain, keberadaan produk di toko fisik seperti minimarket atau supermarket tetap penting, karena tidak semua pembelian dilakukan secara digital.

Oleh karena itu, merek diaper harus hadir di berbagai kanal distribusi, baik offline maupun online. Pendekatan omnichannel—menggabungkan pengalaman digital dan fisik—menjadi strategi yang sangat relevan.

Peluang untuk Produsen dan Pemasar

Melihat data ini, pasar diaper di Indonesia bukan hanya besar, tapi juga menunjukkan ciri konsumen yang rasional, loyal, dan informatif. Produsen harus mampu menawarkan produk yang bukan hanya terjangkau, tapi juga terbukti aman, terpercaya, dan mudah diakses.

Pemasar pun harus memahami bahwa keputusan pembelian dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti rekomendasi sesama ibu, review digital, dan edukasi brand. Merek yang mampu menyampaikan nilai emosional dan rasional dengan baik akan lebih mudah membangun ikatan jangka panjang dengan konsumennya.

Bagaimana potensi dengan pasar popok sekali pakai di Indonesia?

Dengan pertumbuhan populasi baduta yang tinggi dan tingkat adopsi produk yang nyaris sempurna, pasar popok sekali pakai di Indonesia menyimpan potensi pertumbuhan yang luar biasa. Kombinasi antara kebutuhan rutin, loyalitas tinggi, serta pergeseran ke perilaku belanja digital menjadikan segmen ini sangat menjanjikan untuk digarap lebih dalam oleh produsen, retailer, maupun pemasar.

Ingin mengetahui lebih dalam tentang tren konsumen ibu dan perilaku pembelian produk bayi? Hubungi tim Sigma Research di Whatsapp Official atau unduh laporan gratis lainnya di halaman Mom & Baby Survey.