Pandemi Covid-19 mengguncang perekonomian dunia sejak beberapa bulan terakhir. Berbeda dari kondisi biasanya, kali ini kita menghadapi kesulitan secara universal atau bersama sama dalam rentang waktu yang hampir bersamaan.
Bulan Maret menjadi saksi himbauan pemerintah untuk memulai aktivitas dengan gaya baru yaitu bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah di rumah. Aktivitas tersebut diharapkan menjadi sebuah gerakan masyarakat untuk memutus mata rantai penyebaran virus.
Transmisi virus yang tergolong mudah dan massif serta tidak mengenal batasan usia maupun jenis kelamin membuat kita hidup dalam adaptasi baru yakni diskoneksi fisik.
Tidak ada lagi rapat-rapat yang mengundang beragam divisi, seremonial yang dihadiri banyak orang, dan perburuan diskon pada malam malam midnight sale.
Kita semua tersekat dalam ruang masing-masing.
Mengandalkan pihak ketiga untuk berkomunikasi. Pandemi mengubah perilaku kita sehari-hari terutama dalam aktivitas digital.
Berakhirnya wabah Covid-19 diprediksi akan menimbulkan situasi baru yang disebut “The New Normal”. Atau akan tercipta pembentukan tatanan baru yang terkoneksi dengan perangkat digital dan internet.
Terjadinya peningkatan aktivitas digital dalam skala besar akan mengubah perilaku masyarakat. Dampaknya, transaksi jual-beli secara online akan menjadi kebiasaan, layanan tanpa tatap muka akan semakin menjamur, industri hiburan pun akan beralih menjadi hiburan jarak jauh.
Industri lain yang terdampak pun akan memiliki gaya baru guna menyesuaikan dengan keadaan atau situasi baru.
Foto Utam dok. Julian Wan dari Unsplash