Di era kompetisi bisnis yang semakin ketat, agency research tidak lagi dipahami hanya sebagai proses riset, melainkan sebuah kolaborasi strategis. Perannya kini adalah menjembatani data kuantitatif, wawasan kualitatif, dan teknologi berbasis AI agar menghasilkan insight yang auditabel, terpercaya, dan mudah ditindaklanjuti.
Mengapa Mixed Methods dan AI-Assisted Menjadi Kunci?
Transformasi digital di Indonesia 2025 mempercepat perubahan perilaku konsumen. Hal ini menuntut metode riset yang mampu menangkap gambaran besar sekaligus detail mendalam.
Oleh karena itu, pendekatan mixed methods menjadi semakin relevan. Survei kuantitatif dapat memetakan tren umum, sementara wawancara mendalam dan FGD memberi warna pada motivasi konsumen. Transisi dari metode tradisional ke AI-assisted tools seperti thematic coding dan outlier detection semakin mempercepat analisis, tanpa meninggalkan kualitas interpretasi manusia.
Namun, teknologi saja tidak cukup. Untuk menjaga integritas, setiap langkah analisis perlu dilengkapi dengan audit trail. Dengan adanya dokumentasi lengkap, keputusan bisnis menjadi lebih transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Tren Ekosistem: Dari Regulasi ke Investasi
Perubahan metode riset tentu tidak berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi oleh ekosistem kebijakan nasional.
Sebagai contoh, menurut Reuters:
“Indonesia is set to complete its first national artificial intelligence (AI) strategy by next month … the roadmap, led by the Ministry of Communications and Digital, is designed to give AI developers and investors a clearer picture of Indonesia’s market potential …” (Reuters, 22 Juli 2025)
Kebijakan ini memperlihatkan bahwa riset berbasis AI tidak lagi menjadi pilihan opsional, tetapi bagian dari strategi nasional. Selanjutnya, rencana pembentukan sovereign AI fund menegaskan bahwa negara mendorong investasi publik-swasta untuk memperkuat ekosistem digital.
Perspektif Akademik
Selain kebijakan, insight dari dunia akademik turut menguatkan arah perubahan ini. Sebuah artikel di Gadjah Mada International Journal of Business (2025) menekankan:
“Perkembangan teknologi digital melahirkan model bisnis kolaboratif dan mengubah motif konsumsi; pemahaman nilai utilitarian dan hedonik menjadi kunci adopsi layanan.”
Pernyataan ini sejalan dengan kebutuhan agency research untuk mengombinasikan metode eksplorasi motivasi dengan validasi kuantitatif, sehingga hasil riset lebih komprehensif.
Kerangka Praktis Agency Research 2025
Agar lebih terstruktur, berikut kerangka yang dapat diadopsi:
-
Mulai dari eksplorasi kualitatif – FGD atau etnografi digital untuk menggali motivasi konsumen.
-
Validasi dengan kuantitatif – survei dan eksperimen untuk menguji asumsi awal.
-
Perkuat dengan AI-assisted analysis – percepat coding dan ringkasan wawancara, tetap dengan human-in-the-loop.
-
Terapkan audit trail – dokumentasikan proses, log AI, serta review dari peneliti senior.
-
Ubah insight menjadi action plan – sajikan dashboard eksekutif dengan rekomendasi strategis.
Dengan kerangka ini, transisi dari data mentah ke keputusan bisnis menjadi lebih mulus dan terukur.
Pada akhirnya, agency research di Indonesia 2025 tidak hanya bicara metode, tetapi juga kepercayaan, transparansi, dan relevansi bisnis. Perusahaan yang mampu memadukan mixed methods dengan AI-assisted tools serta menerapkan audit trail akan lebih siap menghadapi perubahan pasar.
👉 Sigma Research Services siap membantu bisnis Anda menerapkan pendekatan riset modern yang terukur, transparan, dan sesuai standar internasional. Hubungi Admin SRI via WA Bisnis +62-811-9003-3586 atau via email di info@sigmaresearch.co.id