Di era digital, perusahaan dihadapkan pada peluang besar sekaligus tantangan baru dalam memahami konsumen. Riset pasar yang dulunya hanya bergantung pada survei tatap muka kini harus beradaptasi dengan realitas baru: konsumen serba online, data melimpah, dan teknologi yang berkembang cepat. Bagi bisnis yang beroperasi di Indonesia, memahami tantangan ini menjadi kunci agar strategi pemasaran tetap relevan.
1. Ledakan Data (Big Data Overload)
Internet, e-commerce, dan media sosial menghasilkan data dalam jumlah sangat besar. Tantangannya adalah bagaimana mengubah data mentah menjadi insight yang benar-benar berguna. Menurut Quirk’s Media, peneliti riset semakin mengandalkan data automation untuk mengelola beban informasi yang terus meningkat (Quirk’s, 2024).
Di Indonesia, ledakan data terlihat jelas dari pertumbuhan e-commerce. Menurut laporan Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), nilai transaksi e-commerce mencapai lebih dari Rp 600 triliun pada 2023, menandakan banyaknya data perilaku belanja online yang harus dipahami.
2. Tantangan Representasi Sampel
Meskipun penetrasi internet di Indonesia sudah mencapai 78%, masih ada kesenjangan digital antara kota besar dan daerah rural. Artinya, jika riset hanya mengandalkan survei online, hasilnya bisa bias terhadap segmen urban.
Inilah tantangan unik bagi riset pasar di Indonesia: memastikan sampel tetap representatif sehingga insight yang dihasilkan bisa benar-benar mencerminkan pasar nasional.
3. Privasi dan Kepercayaan Konsumen
Konsumen kini lebih sadar soal privasi data. Penerapan UU Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) di Indonesia membuat riset pasar harus lebih berhati-hati dalam mengelola informasi responden.
Banyak responden enggan berbagi data jika merasa tidak aman atau tidak transparan. Ini menjadi tantangan besar: bagaimana peneliti tetap mendapatkan insight mendalam tanpa melanggar kepercayaan konsumen.
4. Perubahan Cepat Perilaku Konsumen
Konsumen digital bergerak cepat. Tren yang viral di TikTok bisa memengaruhi keputusan belanja dalam hitungan hari. McKinsey menekankan pentingnya pulse survey dan riset yang lebih real-time agar bisnis tidak tertinggal (McKinsey, 2023).
Di Indonesia, hal ini sangat terlihat di kategori FMCG dan F&B. Produk yang viral bisa laku keras dalam semalam, namun juga cepat ditinggalkan jika tidak relevan lagi.
Solusi: Adaptasi Metodologi Riset Pasar
Untuk menjawab tantangan di atas, perusahaan perlu mengadaptasi metodologi riset pasar mereka:
-
Mengombinasikan metode: survei online dipadukan dengan FGD tatap muka untuk hasil yang lebih kaya.
-
Menggunakan teknologi AI: membantu analisis sentimen media sosial dan mempercepat interpretasi data.
-
Menjaga transparansi data: memberi tahu responden bagaimana data mereka digunakan untuk meningkatkan kepercayaan.
-
Melakukan riset real-time: seperti mobile survey atau social listening agar tetap relevan dengan tren terbaru.
Key Insights
Tantangan riset pasar di era digital memang nyata, namun dengan strategi yang tepat perusahaan bisa menjadikannya peluang. Kunci utamanya adalah adaptasi: menggabungkan metodologi tradisional dengan teknologi modern, menjaga integritas data, dan selalu mendengarkan suara konsumen.
Sigma Research hadir untuk membantu bisnis menghadapi kompleksitas riset pasar di era digital. Dengan pengalaman panjang dan pemanfaatan teknologi terkini, kami membantu Anda menemukan insight yang akurat untuk mendukung pertumbuhan bisnis.
👉 Hubungi Sigma Research sekarang dan temukan solusi riset pasar terbaik untuk bisnis Anda.



