Mengukur brand awareness kini menjadi tantangan besar bagi perusahaan di Indonesia. Konsumen tidak lagi mengikuti satu saluran informasi. Mereka melihat iklan di TikTok, membaca ulasan di Instagram, membandingkan harga di marketplace, lalu mencari review di YouTube. Semua ini membuat brand journey semakin kompleks dan sulit dilacak.
Di tahun 2025, fragmentasi media membuat setiap titik kontak dengan konsumen menjadi peluang — sekaligus risiko — bagi brand. Karena itu, mengukur brand awareness digital harus dilakukan dengan strategi riset yang komprehensif dan berbasis data lintas platform.
1. Fragmentasi Media Mengubah Cara Konsumen Mengenal Merek
Laporan Quirks (Juni 2025) menunjukkan bahwa 68% pengguna digital di Asia Tenggara mengonsumsi konten dari lebih dari 6 platform setiap hari. Artinya, konsumen dapat mengenal merek Anda di satu tempat, tapi melupakannya di tempat lain.
Tanpa sistem brand tracking yang terintegrasi, data awareness yang dikumpulkan bisa bias atau bahkan menyesatkan.
Oleh karena itu, perusahaan perlu memahami bahwa brand awareness tidak lagi hanya diukur dari satu sumber — seperti iklan TV atau media sosial — tetapi dari total pengalaman digital konsumen terhadap brand.
2. Gunakan Pendekatan Mixed Research
Pendekatan yang paling efektif untuk mengukur brand awareness digital adalah mixed research — menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif:
-
Survei online awareness, untuk mengukur unaided dan aided recall.
-
Social listening, guna memantau brand mentions, sentiment, dan reach di media sosial.
-
Web & search analytics, untuk melihat volume pencarian merek dan perilaku pengguna di situs resmi.
Perusahaan riset seperti Sigma Research Indonesia telah menerapkan metode ini untuk membantu klien memahami posisi brand mereka di pasar Indonesia dengan data yang lebih akurat dan relevan.
3. Konsistensi dan Validasi Data adalah Kunci
Kesalahan umum yang sering dilakukan perusahaan adalah hanya mengukur awareness ketika kampanye sedang berjalan. Padahal, brand perception bisa berubah setiap saat, terutama ketika muncul pesaing baru atau tren media bergeser.
Melakukan brand tracking study secara rutin — misalnya setiap kuartal — memungkinkan Anda melihat arah perubahan awareness, menganalisis efek dari promosi tertentu, dan menyesuaikan strategi komunikasi dengan cepat.
Selain itu, validasi data penting untuk membedakan antara viral awareness dan sustainable awareness — dua hal yang sering tertukar dalam strategi digital.
4. AI dan Analitik Prediktif Mengubah Cara Brand Melacak Awareness
AI kini memainkan peran penting dalam riset pemasaran. Dengan machine learning dan natural language processing (NLP), perusahaan dapat menganalisis jutaan percakapan online untuk memahami bagaimana merek disebut dan dalam konteks apa.
AI juga dapat mengidentifikasi pola brand association — misalnya apakah nama brand Anda sering muncul bersamaan dengan kata “terpercaya”, “inovatif”, atau “mahal”. Insight seperti ini bisa membantu memperkuat pesan komunikasi dan diferensiasi merek.
5. Dari Data Menjadi Strategi
Mengukur awareness hanyalah langkah pertama. Yang lebih penting adalah mengubah hasil riset menjadi strategi konkret.
Dengan memahami perjalanan konsumen dari awareness → interest → consideration → loyalty, perusahaan dapat menyusun konten dan kampanye yang lebih personal dan relevan.
Perusahaan riset seperti Sigma Research Indonesia membantu banyak brand lokal dan multinasional mengubah data awareness menjadi keputusan bisnis yang berdampak.
Ingin berdiskusi dengan tim ahli kami? Hubungi Sigma Research Indonesia melalui Whatsapp Bisnis atau email info@sigmaresearch.co.id.



