Kesuksesan sebuah brand lokal di Indonesia tidak lagi diukur dari seberapa banyak orang mengenalnya, tapi seberapa banyak yang bersedia merekomendasikannya. Inilah fase transisi penting dari awareness menuju advocacy — tahap di mana konsumen bukan hanya tahu, tapi juga percaya, setia, dan menjadi promotor aktif bagi merek. Tahun 2025 ini, tracking awareness perlu menjadi salah satu strategi awal brand lokal Indonesia untuk naik kelas.
1. Awareness Bukan Akhir Perjalanan Brand
Banyak bisnis lokal merasa sudah “aman” ketika awareness tinggi. Padahal, awareness hanyalah langkah pertama dalam customer journey.
Tanpa pengalaman positif dan hubungan emosional yang kuat, awareness tidak akan berubah menjadi loyalitas.
Menurut HBR (Februari 2025), hanya 1 dari 4 konsumen yang tahu suatu brand akan benar-benar membelinya — dan hanya sebagian kecil dari mereka yang mau merekomendasikannya ke orang lain. Artinya, membangun advocacy butuh strategi yang jauh lebih dalam dari sekadar kampanye pengenalan merek.
2. Data Adalah Kunci Membangun Advocacy
Langkah pertama menuju advocacy adalah memahami apa yang membuat konsumen loyal.
Melalui riset seperti brand tracking study dan customer satisfaction survey, perusahaan bisa mengetahui:
-
Seberapa besar rasa percaya konsumen terhadap brand,
-
Asosiasi positif apa yang paling kuat,
-
Faktor emosional dan fungsional yang mendorong rekomendasi.
Sigma Research Indonesia, sebagai market research agency terpercaya, menggunakan pendekatan berbasis data untuk memetakan perjalanan emosi dan perilaku konsumen terhadap brand.
3. Konten dan Komunitas: Dua Pilar Advocacy
Konsumen kini lebih percaya pada rekomendasi sesama dibanding iklan. Karena itu, strategi advocacy marketing harus berfokus pada dua hal:
-
Konten Otentik: testimoni, review, dan cerita nyata pelanggan lebih berdampak dibanding promosi langsung.
-
Komunitas Brand: brand yang berhasil membangun komunitas aktif di media sosial memiliki tingkat customer advocacy hingga 60% lebih tinggi.
Di Indonesia, brand lokal seperti Kopi Kenangan dan Scarlett sukses mengubah pelanggan menjadi pendukung aktif lewat interaksi komunitas dan konten berkelanjutan.
4. Integrasi Riset dan Strategi Digital
Brand yang ingin naik level harus menggabungkan data riset dengan implementasi digital.
Misalnya, hasil brand awareness tracking bisa digunakan untuk menentukan target kampanye influencer, atau hasil survei kepuasan bisa jadi dasar strategi CRM.
Dengan sistem riset berkelanjutan, brand dapat memantau bagaimana perubahan strategi berdampak pada loyalitas dan advocacy rate konsumen.
5. Kesimpulan: Naik Level Lewat Insight
Transisi dari awareness ke advocacy bukan perjalanan singkat — tapi investasi jangka panjang.
Brand lokal yang ingin bertahan di 2025 harus berani menggali insight mendalam tentang konsumennya, memahami emosi mereka, dan mengubah data menjadi aksi nyata.
Dengan dukungan perusahaan riset seperti Sigma Research Indonesia, strategi brand lokal bisa naik level dari sekadar dikenal menjadi benar-benar dicintai bisa dikembangkan. Hubungi Admin SRI melalui Whatsapp Bisnis untuk dihubungkan dengan tim ahli kami atau kirimkan list kebutuhan riset Anda ke email info@sigmaresearch.co.id.



