Di tengah pasar Indonesia yang semakin dinamis, memahami perilaku penggunaan konsumen tidak cukup hanya mengukur berapa sering produk digunakan. Brand perlu melangkah lebih jauh menilai bagaimana pengalaman penggunaan itu terjadi, apa emosi yang muncul, dan konteks apa yang mempengaruhinya. Inilah peran usage behaviour analysis, pendekatan riset yang kini semakin penting seiring tren global riset 2025 yang menekankan kedalaman insight, integrasi data perilaku digital, dan pemetaan journey yang lebih akurat.
MarketResearch.com menegaskan bahwa data perilaku konsumen kini harus diproses secara lebih kaya terutama untuk memahami situasi nyata di mana keputusan dan penggunaan produk berlangsung.
Mengapa Usage Behaviour Analysis Semakin Penting?
Banyak brand selama ini fokus pada metrik frekuensi: berapa kali produk digunakan, kapan, dan oleh siapa. Metrik tersebut memang penting, namun tidak cukup untuk menjelaskan alasan di balik penggunaan. Di sinilah usage behaviour analysis memberikan perspektif baru.
Pendekatan ini membantu brand:
-
Menghubungkan behavior dengan konteks emosional dan situasional.
-
Mengidentifikasi momen-momen yang memicu penggunaan (trigger moments).
-
Melihat pengalaman penggunaan sebagai rangkaian, bukan titik data yang terpisah.
-
Menangkap kebutuhan tersembunyi yang tidak terlihat dalam survei frekuensi biasa.
Menurut Quirk, penggunaan data perilaku yang lebih kaya memungkinkan brand memahami hubungan antara sikap, frekuensi, dan kualitas penggunaan secara lebih presisi hingga bisa memicu inovasi produk yang lebih tepat sasaran.
Menggeser Fokus dari “Seberapa Sering” ke “Bagaimana Pengalaman Pengguna”
Brand yang unggul tidak hanya memonitor angka frekuensi, tetapi juga menggali bagaimana konsumen merasakan pengalaman tersebut. Beberapa dimensi yang relevan antara lain:
1. Konteks Penggunaan
Di mana konsumen menggunakan produk? Di rumah, perjalanan, kantor, atau ruang publik? Konteks memberi insight tentang kebutuhan fungsional maupun emosional.
2. Emosi dan Respons Pengguna
Pengalaman positif misalnya kemudahan, kenyamanan, kepraktisan berkaitan langsung dengan kepuasan serta niat pembelian ulang.
Sebaliknya, emosi negatif dapat memicu churn bahkan sebelum keluhan muncul.
3. Durasi dan Kedalaman Penggunaan
Tidak semua penggunaan berdampak sama. Penggunaan singkat namun intens bisa lebih berpengaruh dibanding penggunaan sering namun dangkal.
4. Kombinasi Kanal dan Perangkat
Tren digital 2025 menunjukkan perilaku multi-device semakin lazim. Memahami pola ini penting bagi brand di kategori teknologi, FMCG, layanan digital, atau e-commerce.
Metode Usage Behaviour Analysis Berbasis Tren 2025
Berdasarkan tren riset di MarketResearch.com, berikut pendekatan riset yang kini banyak digunakan:
1. Digital Behavioural Tracking
Menggabungkan data klik, durasi interaksi, heatmaps, hingga aktivitas aplikasi untuk memahami perjalanan penggunaan.
2. Micro-Surveys Kontekstual
Survei singkat yang muncul saat konsumen sedang menggunakan produk, memberikan insight yang lebih akurat dan tidak bergantung pada ingatan.
3. Diary Study dan Experience Log
Mencatat pengalaman penggunaan setiap kali terjadi, membantu brand melihat pola harian dan mingguan.
4. AI & NLP untuk Insight Pengalaman
Analisis percakapan, review, dan pertanyaan konsumen dapat mengungkap pengalaman yang tidak muncul dalam survei tradisional.
Implementasi Usage Behaviour Analysis di Pasar Indonesia
Dengan populasi digital yang besar dan perilaku multi-platform, Indonesia menjadi pasar ideal untuk usage behaviour analysis. Contohnya:
-
Analisis penggunaan aplikasi e-commerce berdasarkan promo harian.
-
Memahami bagaimana konsumen menggunakan produk FMCG di rumah dan saat perjalanan.
-
Menilai pengalaman pelanggan di layanan digital: login, checkout, navigasi, dan after-sales.
-
Insight penggunaan produk finansial digital (e-wallet, mobile banking) yang sangat dipengaruhi keamanan dan kemudahan.
Insight penggunaan seperti ini membantu brand meningkatkan pengalaman, merancang inovasi, dan mengoptimalkan produk sesuai konteks penggunaan lokal.
Memahami Perilaku Pengguna Lebih Dalam dari Sekadar Angka
Usage behaviour analysis memberi brand kemampuan untuk benar-benar melihat bagaimana konsumen berinteraksi dengan produk, bukan sekadar menghitung berapa kali mereka menggunakannya. Dengan memahami pengalaman secara lebih lengkapn frekuensi, konteks, emosi, dan latar situasional brand dapat menciptakan keputusan bisnis yang lebih presisi dan berdampak besar.
Sigma Research Indonesia, dengan pengalaman lebih dari 17 tahun dalam riset perilaku dan penggunaan produk di berbagai kategori, siap membantu perusahaan memetakan perilaku konsumen secara lebih detail dan relevan. Bersama tim profesional Sigma Research telah membantu banyak brand dari brand lokal hingga brand internasional dalam meriset perilaku konsumennya. Hubungi Admin SRI Melalui Whatsapp Bisnis atau email info@sigmaresearch.co.id



