Ada apa dengan Kasus AQUA? Beberapa waktu lalu, jagat media sosial Indonesia dihebohkan oleh klaim bahwa AQUA, salah satu merek air mineral paling dikenal di Indonesia, ternyata mengambil air dari sumur bor, bukan langsung dari “sumber air pegunungan” seperti yang selama ini dikomunikasikan.
Isu ini bermula dari unggahan warga sekitar pabrik dan video viral di TikTok serta X (Twitter), yang memperlihatkan aktivitas pengeboran di area produksi. Publik pun segera mempertanyakan klaim “air pegunungan alami” yang menjadi inti identitas merek AQUA selama puluhan tahun.
Klarifikasi dan Reaksi Publik
Kementerian ESDM menjelaskan bahwa sumur bor tersebut merupakan fasilitas teknis berizin, yang tetap mengambil air dari akuifer alami di kawasan pegunungan seperti yang sudah pernah dikomunikasikan AQUA melalui TVC-nya.
Namun klarifikasi itu tidak serta-merta menghapus keraguan publik. Di berbagai platform, muncul pertanyaan baru:
“Kalau sumbernya tetap alami, mengapa tidak dijelaskan sejak awal?”
“Apakah ini bentuk misleading branding?”
Kondisi ini menunjukkan bahwa dalam era digital, transparansi dan persepsi publik menjadi sama pentingnya dengan kualitas produk itu sendiri.
Krisis Persepsi: Antara Fakta dan Emosi
Secara teknis, AQUA mungkin tidak melanggar regulasi. Namun di sisi komunikasi merek, terjadi mismatch antara narasi yang dibangun dan realitas yang dipahami publik.
Krisis ini bukan semata tentang fakta sumber air, tetapi tentang bagaimana publik menafsirkan dan mempercayainya.
Beberapa dampak yang potensial terjadi:
-
Penurunan brand trust di kalangan konsumen loyal
-
Munculnya sentimen negatif di media sosial
-
Kebingungan konsumen terkait klaim “alami” dan “murni”
-
Ancaman reputasi jangka panjang jika tidak ditangani berbasis data
Pentingnya Riset Persepsi Publik
Kasus ini menjadi pengingat bagi brand lain bahwa riset bukan hanya alat evaluasi pasar, tetapi juga sistem deteksi dini untuk reputasi.
Melalui riset yang tepat, perusahaan bisa memahami:
-
Bagaimana publik memaknai pesan merek
-
Segmen mana yang paling rentan kehilangan kepercayaan
-
Seberapa efektif klarifikasi dan komunikasi publik diterima
-
Narasi seperti apa yang perlu disesuaikan agar selaras dengan ekspektasi publik
Metode riset yang relevan meliputi:
-
Brand Trust Tracking — memantau dinamika kepercayaan konsumen
-
Crisis Impact Study — mengukur dampak krisis terhadap perilaku pembelian
-
Message Testing & Claim Validation — menguji ulang pesan dan klaim produk
-
Digital Sentiment Analysis — membaca arah opini publik di media sosial
Sigma Research: Data untuk Menjaga Kepercayaan Publik
Sebagai lembaga riset pemasaran dan opini publik, Sigma Research Indonesia membantu organisasi memahami bagaimana persepsi terbentuk, berubah, dan memengaruhi keputusan konsumen.
Kami percaya, keputusan terbaik selalu dimulai dari data yang benar.
Melalui kombinasi riset kuantitatif, kualitatif, dan analisis digital, Sigma Research dapat membantu perusahaan:
-
Mendeteksi krisis persepsi sejak dini
-
Mengukur dampak reputasi secara objektif
-
Merancang strategi komunikasi berbasis insight
Dalam era di mana satu unggahan bisa mengubah arah opini publik, riset bukan lagi pilihan — melainkan kebutuhan.
Kasus AQUA menjadi pelajaran penting bahwa kepercayaan publik tidak hanya dibangun dari produk berkualitas, tetapi juga dari persepsi yang konsisten.
Di tengah derasnya arus informasi dan opini, hanya riset yang mampu memberi panduan objektif bagi brand untuk bertindak dengan tepat — bukan sekadar bereaksi.
Hubungi Sigma Research Indonesia untuk mendiskusikan riset tentang persepsi publik dan brand trust.
📊 We turn perception into insight. Because every opinion matters. Chat our personal Admin to connect with our expert.


