Dalam lanskap pemasaran 2025, brand tidak lagi cukup hanya mengandalkan awareness namun juga efektivitas kampanye. Konsumen menginginkan pengalaman yang lebih relevan, lebih personal, dan lebih bernilai. Kampanye brand yang efektif harus mampu menciptakan journey yang mendorong konsumen pindah dari tahap “mengenal merek” menuju “percaya”, lalu akhirnya “loyal”.
Pergerseran ini mendorong brand untuk mengukur kampanye tidak hanya berdasarkan reach atau impresi, tetapi pada kontribusinya dalam membangun Customer Satisfaction (CSAT) dan Customer Loyalty. Organisasi kini lebih fokus pada experience, interaksi, dan emosi yang dihasilkan setiap inisiatif kampanye.
Artikel ini membahas bagaimana brand dapat menghubungkan kampanye dengan loyalitas konsumen — lengkap dengan contoh nyata dari beragam industri yang telah membuktikan efektivitas pendekatan ini.
Transformasi Metrik Kampanye: Dari Awareness Menuju Loyalitas
Selama satu dekade terakhir, metrik kampanye bergeser dari indikator permukaan menuju indikator hubungan. Di 2025, keterhubungan emosional serta kepuasan pelanggan menjadi faktor utama yang menentukan keberlanjutan brand.
Indikator lama:
-
Reach
-
Impression
-
Brand exposure
-
Frequency
Indikator baru (lebih relevan):
-
Brand Meaning
-
Brand Love Score
-
Emotional Resonance
-
Customer Satisfaction Score
-
Repurchase Intention
-
Customer Lifetime Value (CLV)
-
Advocacy & Word-of-Mouth Index
Hal ini sejalan dengan tren global, termasuk insight yang muncul dari YouTube Works 2025, Retail Asia Awards 2025, dan berbagai brand research di pasar Asia Tenggara.
Mengapa Awareness Tidak Lagi Cukup?
Konsumen Indonesia semakin rasional sekaligus emosional. Awareness penting, tetapi ia hanya menciptakan pintu masuk. Agar konsumen bertahan, brand harus menciptakan:
-
Kedekatan emosional (Emotional Affinity)
-
Relevansi konteks (Situational Use-Case Relevance)
-
Experience yang konsisten (Omnichannel Experience)
-
Value yang diakui konsumen (Perceived Value)
Brand yang gagal mengelola empat hal ini biasanya mengalami tingkat drop-off tinggi setelah kampanye selesai.
Formula 4-Layer untuk Mengukur Efektivitas Kampanye dalam Membangun Loyalitas
Sigma Research menggunakan pendekatan 4-layer yang menilai perjalanan konsumen secara menyeluruh:
Layer 1 – Awareness Impact
Mengukur sejauh mana kampanye berhasil mengangkat:
-
Brand recall
-
Brand recognition
-
Search interest
-
Social buzz
Sinyal ini penting sebagai fondasi, tetapi tidak cukup.
Layer 2 – Experience & Engagement Quality
Mengukur bagaimana konsumen merasakan kampanye serta interaksi selanjutnya:
-
Relevansi pesan
-
Kesesuaian dengan kebutuhan konsumen
-
Emotional resonance
-
Konsistensi creative asset
Layer ini membantu memahami dampak kampanye pada persepsi.
Layer 3 – Customer Satisfaction Shifts
Kampanye yang efektif biasanya dapat meningkatkan:
-
CSAT (Customer Satisfaction Score)
-
Brand Trust
-
Perceived Product Quality
-
Service Satisfaction
Beberapa brand global menggunakan pre–post measurement untuk memantau perubahan tingkat kepuasan setelah kampanye besar.
Layer 4 – Loyalty & Long-Term Impact
Inilah indikator paling penting:
-
Repurchase rate
-
Repeat usage
-
Subscription renewal
-
Advocacy
-
Net Promoter Score (NPS)
Brand terbaik dapat terlihat dari seberapa banyak konsumennya merekomendasikan merek tersebut setelah melihat kampanye.
Studi Kampanye: Brand yang Sukses Menggerakkan Awareness ke Loyalitas
Untuk memahami bagaimana kampanye dapat menggerakkan loyalitas, mari melihat beberapa contoh nyata dari berbagai industri.
A. Lifebuoy: Kampanye ‘KetempelanDingin’ (YouTube Works 2025 Winner)
Sumber: Campaign Brief Asia (2025)
Kampanye Lifebuoy ini memenangkan penghargaan karena mampu:
-
menciptakan relevansi budaya
-
mengaktifkan isu kesehatan yang dekat dengan kehidupan sehari-hari
-
menyasar keluarga muda
-
memanfaatkan creator insight
Dampaknya:
-
Meningkatkan brand love
-
Menggerakkan user dari sekadar “tahu” menjadi “percaya”
-
Meningkatkan loyalitas pengguna lama melalui reassurance messaging
Ini menunjukkan bahwa kampanye emosional—bukan sekadar informatif—dapat memperkuat hubungan dengan pengguna lama.
B. MR.DIY Indonesia: Konsistensi Pengalaman sebagai Penguat Loyalitas
Sumber: Retail Asia Awards 2025
Retail seperti MR.DIY menang bukan karena satu kampanye, tetapi integrasi:
-
kampanye digital
-
pengalaman di toko
-
layanan pelanggan
-
harga yang konsisten
Hasilnya:
-
Peningkatan kepuasan pelanggan
-
Peningkatan kunjungan berulang
-
Konsumen merasa merek “mudah diandalkan”
Model ini menegaskan bahwa kampanye yang sukses harus sinkron dengan kualitas pengalaman nyata.
C. Canva Indonesia: Keterlibatan Pengguna sebagai Motor Loyalitas
Sumber: Canva Newsroom
Canva fokus pada:
-
user empowerment
-
kampanye edukatif
-
konten tutorial
-
komunitas kreator
Pendekatan ini membuat loyalitas pengguna meningkat karena mereka merasa:
-
dihargai
-
dibantu
-
dilibatkan dalam perkembangan produk
Model loyalitas berbasis partisipasi (participatory loyalty) ini cocok untuk merek digital.
D. Cartier: “Linked by Love” dan Loyalitas Berbasis Makna (World Media Awards 2025)
Sumber: World Media Award
Kampanye global Cartier menunjukkan bagaimana brand luxury membangun kedekatan:
-
storytelling emosional
-
simbolisme hubungan
-
narasi “keterhubungan”
Pendekatan ini relevan untuk industri apa pun yang ingin meningkatkan brand meaning sebagai landasan loyalitas jangka panjang.
Pendekatan Pengukuran Modern: Data, AI, dan Behavioural Signals
Di 2025, measurement tidak lagi mengandalkan survei saja. Brand kini memanfaatkan:
-
Social listening AI
-
Search intent analysis
-
E-commerce behavioural data
-
Sentiment multilayer
-
Journey mapping
-
Heatmap & UX behaviour tracking
Pendekatan ini menghasilkan insights mengenai:
-
momen yang meningkatkan kepuasan
-
faktor yang menurunkan loyalitas
-
apa yang memicu brand switching
Apa yang Harus Dilakukan Brand Indonesia untuk Menghubungkan Awareness → Loyalitas?
1. Bangun narasi kampanye yang berakar pada kebutuhan nyata
Bukan sekadar tayangan, tetapi “memecahkan masalah konsumen”.
2. Integrasikan kampanye dengan pengalaman
Iklan yang bagus tidak akan efektif jika pengalaman buruk.
3. Fokus pada emosi, bukan hanya edukasi
Emotional signals adalah penggerak loyalitas.
4. Gunakan real-time data untuk memantau perubahan reaksi
Tanda awal ketidakpuasan bisa terlihat dari menuju penurunan repeat rate.
5. Lakukan tracking berlapis (awareness → satisfaction → loyalty)
Ini cara paling akurat membaca dampak kampanye.
Kampanye yang benar-benar efektif bukan hanya menaikkan awareness, tetapi menciptakan hubungan yang bertahan lama. Dengan mengukur kampanye dari awareness hingga loyalitas, brand dapat memastikan pesan, pengalaman, dan kepuasan pelanggan berjalan selaras dan menghasilkan pertumbuhan jangka panjang Hubungi Admin SRI untuk terhubung dengan tim ahli Sigma Research Indonesia untuk membahas strategi riset efektivitas kampanye.



